Rabu, 10 September 2008

KELAS ATAS VS MENENGAH BAWAH

Saat ini mataku sudah terlatih untuk jelalatan melihat dan mengamati kios/toko disepanjang perjalanan, mana kira-kira ruko yang ramai dan yang sepi dan apa penyebabnya, mana ruko yang disewakan dan apakah ruko itu cocok untuk usahaku, apakah ruko itu stategis dan bakal ramai.

Memang diakui ataupun tidak, kadang-kadang kita salah memberikan prediksi. pernah saya ikut di 2 pameran dalam rangka 17an yaitu di Senayan bintaro dan di Graha Bintaro, awalnya kita fokus hanya pameran di senayan bintaro saja, mengingat cluster pemukiman itu ditinggali oleh orang-orang yang menengah atas, sehingga kemungkinan beli produk baby zone yang nota bene merupakan konsumsi kelas yang sama sangat besar. Pameran di graha yang menurut kami adalah kelas menengah bawah, kami ikuti juga karena tanpa sengaja, sewaktu ingin pergi ke rumah kakak istri saya. Begitupun pada saat loading barang, saya masih percaya kalau senayan bintaro akan menghasilkan penjualan yang lebih baik dibanding dengan graha, melihat representative tempat pameran. kenyataannya bertolak belakang, penjualan di senayan bintaro yang diprediksi 800ribuan/ hari hanya menghasilkan 500 ribu selama 2 hari, sedangkan graha bintaro yang awalnya saya anggap hanya untuk ramai-ramai menghasilkan 3,2jt dalam 2 hari. Ternyata kesalahan prediksi itu akibat tidak adanya prediksi atas tingkah laku penghuninya dari masing-masing kelas. pada saat itulah saya baru tahu kenapa kedua pameran itu memberikan hasil yang berbeda
Pameran Senayan Bintaro yang kelas menengah atas pada saat event sangat sepi meskipun ada acara yang cukup bagus, musik, band, lomba gambar anak, karena
1. event diadakan pada long weekend yaitu sabtu, 16 dan minggu, 17, dan minggu ternyata tanggalan merah, sehingga banyak penghuni yang pergi keluar kota bersama keluarganya tanpa menghiraukan adanya event di pemukimannya, maklum mereka cukup uang dan punya budget rekreasi keluarga dengan liburan.sedangkan digraha yang sebagian besar adalah kelas menengah bawah, karena setiap sore jalanan penuh oleh motor-motor oleh penduduk yang sekedar jjs, pameran itu merupakan alat rekreasi dari keluarga, mereka mengajak anak, istri untuk sekedar melihat event yang acaranya ada musik, lomba karaoke, dll.

2. lokasi event yang dikelilingi oleh pagar tinggi berkesan eksklusive, sehingga meskipun sudah dipasang umbul-umbul dan tampak keramaian, orang dari lingkungan sekitar agak sungkan masuk ke lingkungan yang tampak ekslusive itu. sedangkan lokasi pameran graha yang berada diparkiran komplek ruko berada dipinggir jalan besar sehingga mudah untuk didatangi oleh pengunjung dan lingkungan itu sangat terbuka.

3. Pembeli di Senayan memang membeli barang dengan kisaran harga 50 ribu s/d 200 ribu namu karena jumlah pengunjung yang sedikit maka omset yang dihasilkan juga sedikit. Pembeli di graha sebagian besar hanya membeli barang dengan kisaran harga s/d 50 ribu, barang yang paling banyak laku adalah yang harganya sekitar 25 s/d 50 ribu, mungkin sistem budget yang diterapkan oleh pembeli kelas menengah bawah. tapi karena jumlah yang beli banyak maka omset yang dihasilkan juga cukup banyak

untuk mengantisipasi hal tersebut diatas maka, saya akan melihat dikelas manakah saya akan jualan
Kelas menengah bawah
1. karena sistem budget belanja, barang yang dijual sebaiknya minimum 20 ribu maksimum 50 ribu
2. perbanyak barang dengan harga tersebut, barang yang ada diatas harga tersebut hanya utnuk terlihat ramai saja
3. senang untuk menawar, berikan diskon meskipun hanya sediki, sehingga sebaiknya harga jual dinaikan sedikit untuk memberikan ruang diskon atau menawar bagi pembelinya
4. kualitas barang harus tetap dijaga bagus
5. bandingkan dengan stand sejenis dilokasi, apakah harga kita masih bisa berkompetisi, apabila tidak, tambah uniq selling kita melalui service, ramah, hadiah tambahan, dll
6. penjualan secara proaktiv, ajak untuk mampir dan minta untuk belanja kembali

Kelas atas
1. kualitas barang harus bagus, harga tidak menjadi soal
2. harga yang murah malah dianggap barang tidak berkualitas
3. sediakan barang yang branded
4. tambahkan uniq selling pada produk kita seperti paket, hadiah langsung, ramah, servide
5. barang bukan barang pasaran, jarang ada.
6. ajak berdialog, gali kebutuhannya dan dengarkan


bersambung