Kamis, 04 September 2008

HEMAT PANGKAL MALAS

Pada waktu kecil, Ibu guru disekolah sering mengajarkan peribahasa yang berbunyi "Hemat Pangkal Kaya". Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, apakah peribahasa itu dan peribahasa-peribahasa lainnya masih relevan untuk diimplementasikan saat ini ?

beberapa contoh lainnya misalnya :
bersakit-sakit dahulu bersenang senang kemudian, apakah tidak lebih baik menjadi bersenang-senang dahulu akan lebih senang kemudian.

atau diam adalah emas, apakah tidak lebih baik menjadi berbicara adalah emas,dll

Belakangan teman-teman heboh membicarakan salah satu isi blog ini (ge er nich) yang didalamnya menguraikan expense, income dan hutang dari narasumber yang ditulis. Cristin mengajukan usul kalau dia pengeluaran untuk pembantu atau baby sitter akan dicoret alias pembantu akan diberhentikan, hal ini senada dengan usulan Rheesma.

Ada komentar " kok temen lu nggak keliatan strees ya dengan segitu banyak cicilan yang harus dibayar?", ada juga yang komen kalau penjabaran itu merupakan penjabaran sang penulis atau bisa dibilang adalah kondisi saya, hal yang terakhir tidak perlu diberi komentar.

Dari sudut pandang Saya, semua jabaran itu memanglah merupakan kondisi real. Sebegitu banyaknya pengeluaran dan sebegitu terbatasnya pemasukan memang bukanlah kondisi yang bisa dibilang baik. tapi terlepas dari kondisi yang sudah ada, mungkin teman saya tersebut memang tidak bisa menghindar untuk menggunakan kartu kreditnya, sehingga bisa saja cicilan atas kartu kredit merupakan hasil dari pengeluaran bisnis, atau pengobatan, atau investasi property, atau untuk membantu orang lain, dlsb. Yang menjadi concern Saya adalah seberapa produktif dan seberapa besar hasil yang diperoleh dari penggunaan kartu kreditnya.

Seperti yang pernah saya uraikan pada artikel sebelumnya bahwa dengan menggunakan dana kartu kredit dengan bunga 3,25%/bulan untuk bisnis dengan margin profit 15%/bulan, maka penggunaan dana tersebut sangatlah fisibel, karena masih ada selisih bersih yaitu sekitar 11,75% yang dapat dinikmati. Permasalahannya adalah apakah sang pengguna disiplin dalam membayar cicilan dan apakah hasil bisnis tersebut dapat digunakan sepenuhnya untuk bisnis kembali bukan untuk keperluan konsumsi pribadi, misalnya untuk membeli baju, sepatu, elektronik, dan baranglainnya.

Saya pernah membaca buku dengan judul (lupa) karangan (lupa) yang menjabarkan bahwa yang dimaksud dengan hemat adalah jika ada suatu hal yang dilakukan dan mengakibatkan hal yang lebih baik.

misalnya untuk mengurangi pengeluaran Rp. 300 ribu maka pembantu diberhentikan, akibatnya jobdes membenahi rumah, menyapu, mengepel, nyikat kamar mandi, lap-lap, ganti seprei, dlsb yang berkaitan dengan jobdes pembantu harus dikerjakan oleh suami dan atau istrinya. jika dihitung waktu untuk mengerjakan pekerjaan itu misalnya adalah 2 jam/hari, maka jika dihitung dalam 1 bulan = 2 jam x 30 hari = 60 jam. Hal ini tidaklah menjadi soal apabila istri/suami yang mengerjakan pekerjaan rumah tersebut memang seorang ibu rumah tangga, dan akan menjadi persoalan jika kedua-duanya adalah pekerja yang pergi pagi dan pulang malam dalam kondisi capek, paling-paling pekerjaan itu akan dirapel di hari libur, sabtu atau minggu dengan konsekwensi rumah terlihat berantakan dan kotor dihari biasa.

Saya pribadi lebih memilih menggunakan waktu 60 jam untuk bekerja lembur, atau jika tidak ada lembur dikantor mencari other income baik melalui side job,jika side job dilarang melalui other bisnis. jika kita hitung misalnya gaji sang istri/suami Rp. 4 jt/bulan, maka waktu yang digunakan untuk menggantikan jobdes pembantu yang yang setara dengan 160jam kerja/bulan adalah setara dengan Rp. 5 jt/160 x60 = Rp. 1.500.000,- , maka melihat perbandingan itu menurut saya bukannya kita lebih hemat Rp. 300.000,- /bulan tapi malah kita rugi karena kehilangan other income opportunity sebesar Rp. 1.500.000,-/bulan. apakah kita mau waktu kita yang sangat berharga dan mahal hanya menghasilkan Rp.300.000,-/bulannya. Saya lebih memilih menggunakan waktu itu untuk mendevelop bisnis saya, agar menghasilkan revenue lebih besar dari itu.

Banyak kasus yang sama seperti ini misalnya mengantre bensin selama 2 jam karena harga bensin besok naik 20% (setara Rp. 1500/lt x 40ltr = Rp.60.000,-) atau mengantre dept store 3 jam untuk mendapatkan barang dengan harga diskon 20%, atau pergi beli susu ke toko khusus susu di depok untuk belanja susu anak dibanding dengan beli susu di toko dekat rumah kita hanya untuk mendapatkan susu dengan harga yang lebih murah Rp. 5000/dusnya.(he..he8x)kecuali jika ada jasa deliverinya.

Jadi peribahasa yang mengatakan hemat pangkal kaya menurut saya perlu dirubah menjadi hemat pangkal malas, karena dengan alasan untuk berhemat maka kita menjadi malas untuk mencari oportunity-oportunity lainnya yang membawa dampak lebih baik kepada kita dan lingkungan kita.

Dengan mempekerjakan asisten untuk membantu kita melakukan pekerjaan yang seharusnya dapat didelegasikan kepada orang lain menyebabkan beberapa hal :
1. terbuka opportunity untuk mencari income yang lebih besar dan banyak
2. membuka wawasan akan hal lain, dengan mencoba membangun bisnis lain dan sumber income lain
3. memberi lapangan pekerjaan pada orang lain
4. setiap 1 orang yang bekerja, maka ada 5 orang anggota keluarganya yang ikut dihidupi
5. melatih leadership kita dengan mendelegasikan hal-hal kecil ke orang lain
6. menaikkan kelas kita untuk menghadapi dan menghandle hal-hal yang lebih kompleks lagi.
7. insya allah dilancarkan rejekinya, karena karyawan kita akan selalu mendoakan rejeki kita lancar, bisnis kita maju, yang otomatis akan berdampak pada mereka juga.




bersambung

1 komentar:

Rindu mengatakan...

Blog ini membuat saya semakin hati-hati bertindak dalam berkonsumsi atau berhutang. Membuat saya takut setengah mati untuk terlena dalam buaian kartu setan 'kartu kredit' atau hutang-hutang lainnya. Saya dan sebagian besar perempuan modern seusia saya, memiliki kartu kredit. Walau saya tak pernah terjerat hutang seperti anda. Saya pernah 'kebablasan' menghutang. Walau sebetulnya uang saya masih cukup untuk membayar tunai. Saya berpikir oportunis untuk tidak membayar tunai. Tetapi saya juga cukup pintar untuk tidak bayar minimum payment. Sekaligus saya ingin lihat sendiri, betapa setannya kartu kredit. Maka petualangan saya pun dimulai.

Total tagihan kartu kredit saya 8.5jt. Bulan pertama karena saya keburu ketakutan akan hutang yang menggunung. Saya bayar 1.5jtnya. Tetapi saya bener2 ingin tahu cara kerja kartu setan ini. Sebelumnya saya sangat disiplin bayar. Kartu kredit tak ubahnya kartu debet. Tak pernah lewat bayar, bahkan saya sempat punya tabungan di Kartu Kredit. karena saya kelebihan bayar. Jumlahnya pun tidak sedikit. Makanya sekarang saya jadi incaran bank penerbit kartu kredit. Saya bisa bayangkan rapot keuangan saya di Bank Indonesia, biru. Data itu diakses bank-bank lain. Sehingga saya kebanjiran telepon, tawaran kartu setan.

Bulan berikutnya saya bayar 1jt. Saya disiplin membayar. Seharusnya di bulan ke-5 saya lunas. Tetapi tidak. Hutang saya malah sepertinya bertambah 1 jt. Setelah itu saya benar-benar kapok dan menghentikan eksperimen. Saya tahu cara kerja kartu setan. Saya pikir kartu kredit itu adalah :
1. Pisau bermata dua, yang siap membunuh anda bila anda kurang hati-hati menggunakannya. Bukan menolong tetapi malah akan menimbulkan bencana keuangan yang lebih besar.
2. Jangan pernah membayar metode minimum payment. Karena hutang anda tidak akan pernah berkurang, yang ada malah bertambah. Saya tidak bisa detail menjelaskan hitung-hitungan disini.
3. Bayarlah tagihan anda di masa 'grace period' jadi pas dapet surat tagihan langsung bayar sebelum jatuh tempo. Anda tidak akan mendapatkan beban bunga.
4. Tinggalkan kartu kredit anda di rumah, saat anda berencana untuk window shopping atau ke mall tanpa tujuan.
5. Sebelum membeli dan mengesek kartu kredit anda. Luangkan waktu anda untuk bertanya "Buat apa?" "Punya gak di rumah?" (jangan-jangan anda membeli hanya karena berbeda warna saja atau malah warna sama) "Penting gak sih?" (maksudnya anda bakalan mati gak kira-kira kalau gak beli itu?)
6. Jangan pernah melakukan cash advance! Biaya bunganya besar banget.
7. Jangan terperangkap budaya utang. Sesuaikan pengeluaran dengan pemasukan. Jangan gengsian. Emang dapet apa dari gengsi? Seharusnya utang itu tidak lebih dari 30% dari pemasukan.
8. Hanya gunakan 1 kartu kredit. Kalau kartu kredit hanya buat konsumsi.
9. Kalau anda sudah terjebak hutang. Buat tabel. List jumlah hutang dan beban bunga. Benar kata bung Murti, tutup dulu hutang yang paling kecil. Kalau udah ketutup. trus sisanya jumlah utang sama, tutup yang bunganya paling besar. Kalo perlu 'transfer balance' aja ke tempat yang bunganya murah.
10. Selagi melunasi hutang, jangan pernah sentuh apalagi mempergunakan kartu setan itu. STOP! kurangi konsumsi! Jangan gali lobang tutup lobang.
11. Cari teman yang bisa semangatin!
12. Jauhi teman kongkow yang bikin pengeluaran anda membludak. Kalau temenan sama tukang jalan dan shopping, otomatis anda akan ketularan. Mungkin anda harus mendekati temang yang susah makan. Biar merasa senasib, otomatis teman anda tidak akan pernah mengajak and kongkow ke mall
12. Banyak amal. Insha Allah, Allah memberikan jalan untuk melunasi utang anda. Matematika ALLAh itu beda dengan kita.
13. Kalau sudah kepepet bener dan tidak mampu lagi bayar. Mending minta pengampunan dari bank. Hutang anda akan dihapus, begitupun anda akan di black list oleh Bank Indonesia.

Ok, selamat berjuang sobat! Kamu bisa!!!